Monitoring Pengobatan dan Pengobatan dengan Obat Indeks Terapi Sempit (Narrow Therapeutic Index)
Yogyakarta. Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan bekerja sama dengan University Sains Malaysia menyelenggarakan kuliah tamu online dengan tema “Monitoring Pengobatan dan Pengobatan dengan Obat Indeks Terapi Sempit (Narrow Therapeutic Index)” pada tanggal 11 Juni dan 25 Juni 2021.
Kuliah tamu dimulai pukul 15:30 WIB melalui platform Zoom. Acara dibuka oleh apt. Susan Fitria candradewi, M.Sc dan dihadiri Mahasiswa PSPA dan S2 Farmasi (Minat Farmasi Klinis). Turut serta Dosen Fakultas Farmasi UAD, apt. Ana Hidayati, S.Farm., M.Sc dan apt. Putri Rachma Novitasari, S.Farm.
Kuliah tamu diisi oleh Puan Che Gayah binti Omar, RPh. dari Universitas Sains Malaysia. Pertemuan pertama membahas materi “Therapeutic Drug Monitoring (TDM)”. Secara garis besar beliau menerangkan parameter dasar farmakokinetik dan obat dengan indeks terapi sempit, kesesuaian indikasi TDM, faktor pertimbangan untuk TDM dan mengidentifikasi masalah terkait TDM. Sedangkan, pertemuan kedua membahas obat antiepilepsi dan obat yang biasa digunakan untuk penatalaksanaan kejang serta phenytoin dan TDM.
TDM merupakan praktik klinis pengukuran obat tertentu pada interval yang ditentukan untuk mempertahankan konsentrasi konstan dalam aliran darah pasien, sehingga mengoptimalkan rejimen dosis individu. Ini digunakan terutama untuk memantau obat dengan rentang terapeutik yang sempit, obat dengan variabilitas farmakokinetik yang nyata, obat yang konsentrasi targetnya sulit dipantau, dan obat yang diketahui menyebabkan efek terapeutik dan efek samping.
TDM adalah proses 3 langkah, yaitu: pengukuran konsentrasi plasma obat tertentu yang tepat dan andal, interpretasi nilai konsentrasi yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan tentang efek konsentrasi, perhitungan dan usulan penyesuaian dosis individu untuk pasien tertentu; karakteristik obat yang mengindikasikan TDM Variabilitas farmakokinetik yang ditandai, konsentrasi terkait terapi dan efek samping, indeks terapi sempit, rentang konsentrasi terapeutik (target) yang ditentukan; dan efek terapeutik yang diinginkan sulit dipantau.
Indikasi yang tepat untuk TDM, sebagai berikut :
- TOKSISITAS : Mendiagnosis toksisitas ketika sindrom klinis tidak dapat dibedakan (misalnya mual yang tidak dapat dijelaskan pada pasien yang memakai digoxin) atau menghindari toksisitas (misalnya saat menggunakan AMG, siklosporin).
- DOSIS : Setelah penyesuaian dosis (biasanya setelah kondisi mapan); penilaian LD yang memadai (misalnya setelah memulai pengobatan PHT), atau perkiraan dosis untuk membantu memprediksi kebutuhan dosis pasien (AMG).
- PEMANTAUAN : Menilai kepatuhan (misalnya konsentrasi antikonvulsan pada pasien yang sering kejang); mendiagnosis dalam pengobatan (terutama penting untuk obat profilaksis seperti antikonvulsan, imunosupresan), dan mendiagnosis terapi yang gagal (TDM dapat membantu membedakan antara pengobatan obat yang tidak efektif, ketidakpatuhan, dan efek samping yang menyerupai penyakit yang mendasarinya).
Adapun 5 langkah kerja farmakokinetiknya :
- Langkah 1: Perhitungan parameter populasi (parameter berdasarkan data literatur).
- Langkah 2: Perhitungan parameter spesifik pasien (parameter yang diturunkan dari kadar obat serum pasien yang sebenarnya).
- Langkah 3: perbandingan populasi dan parameter spesifik pasien dan pemilihan parameter paling rasional. Langkah ini penting untuk mengesampingkan hasil tingkat palsu.
- Langkah 4: Perhitungan rejimen baru jika level awal tidak memberikan efek yang diinginkan.
- Langkah 5: Rencana pemantauan dan evaluasi efektivitas.
Antiepileptik adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati epilepsi, terutama antiepilepsi klasik (fenitoin, fenobarbital, karbamazepin, dan valproat) adalah beberapa obat yang paling sering dipantau. Puan Che Gayah menuturkan bahwa Fenytoin TDM diperlukan karena adanya interaksi dengan obat lain (interaksi obat-obat) atau dengan penyakit misalnya gangguan ginjal, uremia, dan penyakit kritis (interaksi penyakit obat) dapat menimbulkan perubahan farmakokinetik fenitoin dan/atau kemanjuran dan toksisitas.
Selain itu, dibicarakan pula beberapa studi kasus, diskusi skenario kasus, dan sesi tanya jawab. Melalui pemaparan materi tersebut diharapkan dapat meningkatkan ilmu dan pengetahuan mahasiswa mengenai pemantauan obat terapeutik.