PELATIHAN PRESEPTOR UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN (UAD) DAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (UMY)
Yogyakarta. Meski tingkat penularan Covid-19 tidak terbendung dan pertemuan dilakukan secara terbatas melalui tatap maya, namun tidak mengurangi semangat belajar bersama seperti yang dilakukan Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) dalam menyelenggarakan Pelatihan Preseptor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Pelatihan ini dilaksanakan secara virtual selama tiga hari pada 17-19 Juni 2021.
Pelatihan preseptor ini menghadirkan beberapa narasumber di antaranya Suci Hanifah, Umi Athiyah, Agung Endro Nugroho, Mahdi Jufri, Fatma Sri Wahyuni, Satibi Ali Kusnadi, Syamsu Windarti, Lucy Sasongko, dan Azrifitria. Diadakan juga pretest, post-test, studi kasus, lokakarya, dan sesi tanya jawab. Serangkaian kegiatan tersebut dihadiri oleh beberapa peserta terdiri atas apoteker pembimbing lapangan dari berbagai apotek, puskesmas, rumah sakit, distributor, industri farmasi, serta para akademisi.
Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Prof. Dr. apt. Dyah A. Perwitasari, M.Si., PhD. Melalui sambutannya, Dyah mengatakan APTFI sedang berusaha untuk memperbaiki pendekatan yang mengarah ke proses pembelajaran kepada preseptor agar menghasilkan apoteker yang berkualitas, menyamakan persepsi, dan melihat bagaimana kondisi maupun proses preceptorship yang ada di Indonesia.
Turut hadir pula Prof. Dr. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc., Apt. selaku Ketua APTFI, menuturkan bahwa preseptor memiliki peran penting dalam pendidikan tenaga profesi kesehatan khususnya pendidikan profesi apoteker untuk menghasilkan apoteker yang kompeten dalam bidangnya. “APTFI sudah menetapkan capaian pembelajaran untuk pendidikan S1 Farmasi dan PSPA (Program Studi Profesi Apoteker) sekaligus pedoman secara garis besar tentang kurikulum S1 maupun PSPA. Tentunya kami juga mengakomodasi permintaan dari IAI dan Himpunan Seminat terkait lamanya praktik kerja profesi. Jadi, total yang harus dipenuhi oleh seorang calon apoteker adalah 1200 jam,” tambahnya.
Agenda ini membicarakan delapan topik di antaranya (1) Pretest dan Penentuan Tujuan, (2) Peran Preseptor sebagai Role Model dan Edukator, (3) Pendidikan Pedagogi di masa Revolusi Industri 4.0, (4) Peran Preseptor sebagai Fasilitator dan Evaluator, (5) Interprofessional Education and Interprofessional Collaboration, (6) Komunikasi Interpersonal dan Manajemen Konflik, (7) Keterampilan Manajerial, dan (8) Keterampilan Profesional.
Membahas penentuan tujuan, Suci menyebut tujuan pelatihan preseptor guna mengetahui tugas dan tanggung jawab spesifik terkait peran preseptor, mendapatkan standar yang sama untuk membimbing mahasiswa, dapat melakukan pembimbingan kepada preceptee (mahasiswa/calon apoteker) dengan lebih baik, menjadi pembimbing lapangan yang baik dan benar, mengetahui standar menjadi preseptor, dan meningkatkan wawasan serta keterampilan terkait preseptor.
Tanggung jawab preseptor dalam proses pembimbingan klinis tersebut meliputi, menjadi instruktur dan anutan (role model), memberikan petunjuk dan mengevaluasi mahasiswa, mengoordinasikan program pembimbingan dengan seluruh anggota di tempat pembimbingan, dan memberikan penilaian kepada mahasiswa.
Serangkaian kegiatan pelatihan preseptor tersebut mendapat respon positif dari para peserta. Acara ditutup dengan sambutan dan arahan dari Dekan Fakultas Kedokteran dan Illmu Kesehatan UMY, Dr. dr. Sri Sundari, M.Kes. “Melalui kegiatan pelatihan preseptor ini akan dapat bermanfaat pada kegiatan lain yang berkesinambungan dengan tujuan untuk kemajuan bersama, kemaslahatan umat, dan tentunya membawa misi yang sama di bawah naungan Muhammadiyah,” imbuhnya.