Sundari, Berbagi Pengalaman
Berawal dari keikutsertaannya pada konferensi Higher Profesional Educational Quality (HPEQ) 2011 di Hotel Santika Yogyakarta, disana Sundari bertemu dengan teman-teman mahasiswa farmasi dari berbagai universitas. “Dikesempatan waktu istirahat itulah saya mengenal International Pharmaceutical Students’ Federation (IPSF) untuk pertama kalinya”, kenang Sundari. Kemudian ia melanjutkan pencarian tentang IPSF ini sampai akhirnya menemukan progam SEP (student exchange program). Awalnya, Apoteker lulusan PSPA UAD ini iseng-iseng mencoba, setelah mendapat saran dari beberapa pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI) Sundari mencoba pengajuan ke Thailand. Tak disangka-sangka ternyata diterima. Dengan berbekal keyakinan kepada Allah Sundari mulai memasukkan proposal di berbagai instansi termasuk Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN). Di luar dugaan proposal BPKLN-nya lolos dan akhirnya beragkat ke Thailand dengan bewasiswa dari BPKLN untuk transport. Beasiswa dari kampus untuk biaya hidup, dan Universitas Siam menyediakan tempat tinggal serta bahan untuk penelitian selama sebulan. “Biasanya hanya mahasiswa yang menjemput exchanger student di bandara namun saat itu dosen dan beberapa perwakilan PSUT (semacam ISMAFARSI) juga ikut menjemput dan menyambut saya dengan begitu meriahnya,” cerita Sundari dengan bangga.
Banyak pelajaran yang didapat selama penelitian di Thailand. Tentang bagaimana bertahan hidup dan menjadi orang asing, namun hal itu membuat Sundari menjadi tertantang dan termotivasi. Saat itu, suatu sore setelah pulang dari laboratorium, Sundari, teman-teman dan dosen pembimbing berdiskusi tentang studi di tanah Eropa, entah apa yang terjadi sore itu membuat Sundari mengambil keputusan untuk mengikuti les bahasa Perancis sepulangnya dari Thailand. Sundari senang hasil penelitiannya di publikasikan oleh dosen pembimbingnya di jurnal Thailand, “itu dapat menaikkan nilai jual CV saya’” ungkapnya.
Setelah sempat berhenti les bahasa prancis beberapa waktu karena harus mengikuti kegiatan perkuliahan dan PKPA serta persiapan ujian akhir apoteker, Sundari mencoba untuk mendaftarkan di beberapa universitas di Prancis. Waktu itu ia tidak mengambil Farmasi tetapi kimia material karena ingin melanjutkan topik penelitian wayang-nya. Alhamdulillah, dirinya di terima di Universitas Paris 12. “Banyak kemudahan yang terjadi, itu setidaknya yang saya rasakan. Rejeki kita dari arah yang tidak disangka, asalkan kita mau berusaha,” terangnya mencontohkan. Sundari kemudian mencoba penhajuan beasiswa ke beberapa tempat, namun kesulitan dengan nilai IPK S1 yang terbatas, tapi ia tidak patah arang. Hingga beberapa bulan belum terdengar kabar tentang beasiswa. Sementara orang tua ingin Sundari bekerja, meskipun hati kecilnya tetap ingin melanjutkan S2. Namun sepertinya Allah memihak orangtuanya, kemudian diputuskan untuk mengalahkan egonya untuk tidak berangkat ke Prancis tahun itu. Dengan niat menyenangkan orang tua, Sundari mulai melamar di beberapa tempat, dan akhirnya di terima di Kimia Farma. Saat itu ia mulai kerja di awal oktober. Pertengahan Oktober Allah memberi Sundari surprise yang jauh di luar nalarnya. Tiba-tiba ia mendapat email dari Kedutaan Prancis di Indonesia yang menginformasikan bahwa Sundari mendapat beasiswa untuk kuliah tahun ini. Dia mencoba untuk skip buat tahun depan karena kadung bekerja, tetapi tidak bisa. Akhirnya dengan segala pertimbangan dan keputusan Sundari berangkat ke Perancis (irrais).