Farmasi Turut Andil Sukseskan Gerakan Cegah Stunting, Jalin Kemitraan bersama UGK
Gunung Kidul, 5 April 2022. Stunting masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia, khususnya di Kabupaten Gunung Kidul. Sejak tahun 2020 Kabupaten Gunung Kidul ditetapkan dalam 30 Desa Lokus Stunting, terang Nurudin Araniri, S.Pt.M.E kepala Bidang Perekonomian dan Pemberdayaan Masyarakat, BAPPEDA Gunung Kidul. Beliau menyampaikan bahwa 3 prioritas utama dalam peningkatan kesejahteraan area Gunung Kidul saat ini yaitu Kemiskinan, Stunting dan Kasus Bunuh Diri.
Menangkap hal itu, Prof. Dr.apt. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si.,PhD, Dekan Fakultas Farmasi, melakukan kunjungan dan menjalin kemitraan bersama BAPPEDA dan Universitas Gunung Kidul (UGK). Prof Dyah meneyampaikan bahwa kolaborasi kemitraan ini diharapkan mampu meningkatkan luaran Tri Dharma perguruan tinggi dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Ia menyampaikan bahwa kompetensi farmasi dibutuhkan dalam program pencegahan dan pengendalian stunting di masyarakat. Beliau memaparkan bahwa farmasi memiliki kompetensi dalam menejemen diet dan nutrisi serta peningkatan kepatuhan terapi tablet tambah darah (TTD) dalam pencegahan anemia, serta monitoring efek samping TTD pada kehamilan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan dalam FIP (International Pharmaceutical Federation).
Septiono Eko Bawono, ketua LPPM UGK menerangkan bahwa saat ini tim UGK dalam tahap identifikasi penyebab stunting di Gunung Kidul. Ia menyampaikan bahwa dalam prosesnya telah dilakukan FGD dengan beberapa pihak baik BKKBN, Bappeda dan instansi lain dalam merumuskan model pengendalian dan pencegahan stunting di Kabupaten Gunung Kidul. Septiono pun menyambut dengan terbuka kemitraan bersama Farmasi UAD. Ia menyampaikan bahwa program pengentasan Stunting tidak bisa digarap sendiri namun demikian dibutuhkan interdisipliner kepakaran ilmu mengingat banyak faktor yang berhubungan dengan kasus stunting ini. Penguatan keluarga harus dilakukan dalam 4 tahap, yaitu persiapan pada calon manten, tahap pernikahan, tahap kehamilan hingga tahap pasca kelahiran guna monitoring kesehatan anak dan ibu sehingga mampu menekan angka kejadian stunting, tambah Suindartini, Kepala Bidang Pengabdian kepada Masyarakat UGK.
Dr.apt.Hari Susanti, M.Si dan Dr.apt.Arif Budi, M.Si menambahkan bahwa farmasi dapat bergerak dalam optimalisasi bahan pangan lokal yang kaya protein guna mendukung program cegah stunting. Mengingat stunting sering dikaitkan akan kebutuhan nutrisi dan gizi, hal ini menjadi peluang dalam pengembangan formula suplemen berbasis herbal maupun pengembangan olahan pangan berbasis herbal yang kaya akan nutrisi. (zukhruf saputri)